Hatiku Selalu Bersamamu

“Hoamzzz…”, Imel menguap dengan sangat lebarnya.

“Selamat pagi, Mel!!”, sapa mama kepada Imel yang masih duduk diatas kasurnya yang sangat empuk.

“Ayo, cepat-cepat mandi sana. Ini khan hari pertama setelah liburan panjang yang sangat menyenangkan.” Kata mama dengan senangnya di pagi yang amat cerah ini.

“Menyenangkan? Gak salah tuch, Ma? Liburan aku cuma di rumah saja. Huhuhuh.” Jawab Imel dengan sangat bosen mengingat liburannya yang hanya dihabiskan di rumah saja.

Setelah mandi dan sarapan, Imel pun pergi ke sekolahnya. Ini semester akhir baginya karena tahun depan ia akan masuk universitas.

“Selamat pagi semuanya.” Sapa Imel kepada semua teman sekelasnya.

“Pagi juga, Mel..!!!” teman-teman pun menjawab sapaan Imel dengan penuh senyuman di bibir mereka.

“Koq kalian senang sekali sich pagi ini? Kenapa?” tanya Imel dengan heran kepada teman-temannya yang terlihat sangat senang pagi ini.

“Kamu gak tau yah kalau hari ini akan ada seorang murid baru?” jawab salah satu temannya dengan nada bertanya juga kepadanya.

“Iya, Mel. Hari ini aku tidak sengaja dengar kepsek bicara dengan wali kelas kita bahwa akan ada seorang anak baru dan dia itu adalah laki-laki lho.” Jawab temannya yang satu lagi.

“Teng… Teng… Teng…” Bel tanda mulai pelajaran pun berbunyi. Semua anak masuk ke kelasnya masinng-masing. Imel pun masih bingung dengan perkataan teman-temanya tadi. Bagaimana ia tidak bingung karena hal ini sangat mustahil. Mana mungkin ada murid baru di semester akhir kelulusan seperti ini. Kebingungan Imel pun terjawab, wali kelas masuk bersama seorang murid laki-laki yang tidak mereka kenal sebelumnya.

“Anak-anak, perkenalkan ini adalah teman baru kalian.” Beritahu wali kelas kepada murid-murid.

“Perkenalkan, nama saya Andrianus Samuel.” Kata murid baru itu memperkenalkan dirinya.

“Ok, segitu dulu saja perkenalannya. Samuel, kamu boleh duduk disebelah meja Imelda.” Perintah wali kelas kepada murid baru itu.

Semua murid itu sangat senang mendapatkan seorang anak baru yang begitu tampan, tinggi, dan putih walaupun ia agak pendiam. Tak sedikit murid perempuan di kelas itu yang meminta nomor handphone Samuel terkecuali Imel. Ia masih bingung dengan kehadiran Samuel karena kelasnya adalah kelas unggulan yang sulit sekali tahap seleksinya dan juga ini adalah semester akhir kelulusan yang tak mungkin menerima murid baru dalam segala bentuk alasan tapi kenapa Samuel bisa masuk sekolah ini dan terutama kelas unggulan ini. Banyak pertanyaan di otak Imel saat kehadiran murid baru ini di kelasnya hingga dia tidak mendengar salah satu temannya memanggilnya dengan sangat keras.

“Mel… Mel… Mel…” teriak salah satu teman memanggil Imel

“Eh iya, Sis. Sorry, tadi aku gak denger.” Jawab Imel yang tersentak dari lamunannya.

“Tadi kamu bengong yah, Mel? Tanya Siska kepada Imel.

“Ah, gak koq Cuma tadi lagi kepikiran sesuatu aja. Yah udah kita ke kantin yuuk!” jawab Imel dengan sebuah ajakan kepada Siska.

Setelah istirahat selesai, semua murid kembali ke kelasnya masing-masing dan melanjutkan pelajaran mereka hingga bel pulang sekolah berbunyi dengan nyaringnya. Semua anak-anak masih saja mengelillingi Samuel seperti gula yang dikrubutin ama semut-semut.

Imel pun sangat heran melihat kejadian ini di pintu gerbang sekolahnya.”Kaya gak pernah liat anak baru aja, pada norak.” Kata Imel dalam hatinya.

Sesampainya Imel ditengah jalan, ia sangat terkejut melihat Samuel yang berjalan satu arah dengannya. Tapi Imel pun tetap melanjutkan perjalannya ke rumah tanpa perhatikan Samuel. Sesampainya ia di depan rumah , ia melihat Samuel memasuki sebuah rumah tepat disebelah rumahnya. Sesegera mungkin Imel menanyakan hal itu pada mama.

“Ma.. Mama..” teriak Imel mencari mamanya ke seluruh bagian rumah.

Tiba-tiba mama pun keluar dari dapur, “Mel, tolong mama berikan makanan ini yang ke tetangga sebelah rumah yah. Kamu bisa khan? Mama masih sibuk masak nih.” Perintah mama kepada Imel.

“Ma, tapi aku mau tanya sesuatu ke mama.” Kata Imel kepada mama dengan hati begitu penasaran.

“Mama jawabnya nanti saja setelah kamu antar makanan itu yah.” Jawab mama dengan santai sambil memasak.

Imel pun tak bisa menjawab apa-apa, dengan hati begitu penasaran sejak di sekolah akhirnya ia pun pergi ke rumah tetangganya itu untuk memberikan makanan yang dititipkan mama kepadanya.

“Permisi.. Permisi.. Permisi…” teriak Imel didepan rumah tetangganya yang juga sepertinya rumah anak baru itu.

“Iya, sebentar.” Jawab seorang ibu dari dalam rumah.

“iya, ada apa?” Tanya ibu itu kepada Imel.

“Maaf, Bu. Saya Imel, anak ibu Linda tetangga sebelah rumah ibu dan mama saya menitipkan makanan ini untuk ibu.” Jawab Imel kepada ibu itu.

“Oh, seperti itu. Silahkan masuk, Nak! Nama saya ibu Elvi. Tunggu sebentar yah, saya cuci dulu piringnya dan kamu duduk dulu saja.” Kata ibu itu sambil membawa makanan dari Imel ke arah dapur yang letaknya agak jauh dari ruang tamu.

Imel melihat ke segala arah, mencoba mencari tahu apa yang terjadi dan ia pun berusaha menjawab rasa penasarannya tapi ia tidak mendapatkan hasil apa-apa dari pengllihatannya itu.

“Kog disini tidak ada 1 pun foto-foto?” tanya Imel dalam hati karena ia berharap foto-foto di rumah itu dapat menjawab rasa penasarannya yang sudah hampir tak terbendung.

“Cari apa , Nak? Tanya ibu Elvi yang sudah keluar dari dapur dan membawa sebuah piring.

Imel pun begitu kaget melihat ibu Elvi dan menjawab agak gugup, “oh, tidak ada, Bu.”

“kalau begitu saya pulang dulu, Bu.” Jawab Imel sambil mengambil piring yang diberikan oleh bu Elvi.

Berbagai macam pertanyaan masih menghantui Imel. Sampai tidurpun imel tidak nyenyak.

Keesokkan harinya di sekolah, ia selalu memperhatikan semua geraak-gerik Samuel tanpa berkedip sedikitpun dan hari-haripun terlewati dengan begitu banyak pertanyaan yang belum terjawab dan tidak ada satu pun orang yang mampu menjawabnya seperti guru-guru, walikelas, kepala sekolah, mama, dan ibu Elvi. Imel merasa semua orang bungkam dan merahasiakan sesuatu hal yang sangat sulit untuk diceritakkan. Teman-temannya yang mengenal Samuel sejak Samuel masuk sekolah itupun tidak mengetahui apa-apa tentang Samuel sedikitpun apalagi mengenai kehidupan pribadinya.

3 bulan sudah terlewati sejak ia mengenal Samuel tapi tak ada satu pertanyaan pun yang terjawab.

Tapi entah kenapa Imel merasa hari ini begitu aneh. Samuel mengajaknya bicara setelah diam selama 3 bulan yang walaupun Samuel duduk di sebelahnya.

“Hai, nama kamu Imel yah?” tanya Samuel kepada Imel dengan sebuah senyuman manis yang belum perna dilihat oleh Imel sebelumnya.

“Eh, iya.” Jawab Imel dengan sedikit gugup dan heran atas sikap Samuel yang begitu ramah padanya hari ini.

“Salam kenal yah. Jika saya ada kesulitan, Bantu saya yah, Mel.” Kata Samuel yang begitu ramah kepada Imel.

“Oh, iya.” Jawab Imel yang masih begitu heran dengan perubahan sikap Samuel.

Tapi kini Imel pun dapat tersenyum pada Samuel karena ia merasa bahwa sebentar lagi Samuel akan menjawab semua keheranan dan penasarannya Imel selama itu. Hari-hari terus berlalu tapi akhirnya Imel pun lupa dengan semua rasa penasarannya karena Samuel begitu ramah dan begitu baik terhadapnya selama beberapa hari ini, beda sekaliu dengan Samuel yang ia kenalnya 3 bulan yang lalu yang begitu pendiam, dingin dan kaku. Sekarang canda dan tawa selalu menghiasi hari-hari Samuel dan Imel tapi itu tak berlangsung lama, hanya 1 bulan Imel merasakan semua itu.

“Hai, Sam. Hari ini begitu cerah yah? Ke kantin yuuk!” kata Imel kepada Samuel yang selalu ia sapa setiap pagi selama 1 bulan ini.

“Sorry.” Jawab Samuel yang begitu kaku dan pergi meninggalkan Imel yang ada di depannya.

Imel pun merasa sangat heran dengan semua keadaan hari ini. Samuel kembali ke Samuel yang ia kenal 3 bulan lalu tapi ia masih tidak percaya dengan semua ini. Ia pun menghampiri Samuel setelah pulang sekolah.

“Sam, kamu kenapa? Kog tadi kamu tidak menjawab sapaan saya? Kamu sedang sakit gigi yah? Imel bertanya kepada Samuel dan sedikit bercanda seperti apa yang sering mereka lakukan selama 1 bulan terakhir ini tapi tak sedikitpun Samuel tersenyum dan menjawab pertanyaannya. Ini terjadi selama sebulan selama masa-masa ujian yang sedikit menganggu konsentrasi Imel untuk menghadapi ujian akhir yang terasa begitu berat yang ditambah dengan perubahan sikap Samuel padanya.

“Dia berubah, dia gampang sekali berubah. Ada apa dengan dirinya yah? Dia membuatku sangat bingung dengan keadaan ini. Kadang ia sangat kaku, pendiam dan dingin tapi terkadang ia menjadi sosok yang begitu baik, ramah dan periang. Semua ini terasa begitu aneh bagiku. Samuel seperti ada 2, apakah ia punya kepribadian ganda? 2 kepribadian yang begitu bertolak belakang.” Kata Imel dalam hati selama perjalanan menuju rumahnya. Tapi betapa terkejutnya ia ketika sampai di depan rumah karena ada seseorang yang sedang menunggunya di depan pagar rumahnya. Ia adalah Samuel tapi kali ini ia tersenyum pada Imel.

“Maaf mengganggu kamu, Mel. Aku ke sini hanya ingin memberikan sesuatu padamu.” Kata Samuel dengan penuh keramahan dan senyuman.

“Ya Tuhan, apakah aku sedang bermimpi? Tadi di sekolah ia begitu kaku dan diam tapi kenapa sekarang ia ramah dan tersenyum padaku?” tanya Imel dalam hati dengan penuh keheranan.

“Kenapa kamu bengong, Mel? Apa ada yang salah dengan diriku?” Tanya Samuel kepada Imel.

“Oh, tidak apa-apa kog. Oh, iya kamu mau kasih apa ke aku?” jawab Imel yang masih agak ragu dengan kejadian yang ia lihat sekarang ini.

“Aku mau kasih ini ke kamu. Kamu pakai yang ini dan aku pakai yang ini.” Samuel berikan kalung couple, yang bergambar laki-laki, ia pakaikan ke lehernya Imel dan yang bergambar perempuan ia pakai di lehernya sendiri.

“Aku harap kedua kalung ini akan selalu bersama, aku sayang kamu, Mel.” Kata Samuel dengan wajah serius kepada Samuel.

“Aku juga berharap pertemuan kita yang sangat singkat ini dapat warnai hari-harimu dan maafkan aku karena aku telah mencintaimu.” Kata Samuel seraya pergi meninggalkan Imel.

Imel tidak dapat berkata apa-apa karena ia masih bingung dengan semua yang Samuel katakan padanya barusan. Imel hanya bisa melihat bayanngan Samuel yang semakin menghilang dari penglihatannya.

Sejak kejadian itu, Samuel tidak masuk sekolah dan Imel pun semakin resah dan gelisah dengan apa yang sebenarnya terjadi akhir-akhir ini. 4 bulan adalah waktu yang sangat singkat yang dapat merubah semua pemikiran Imel menjadi sangat kalut terhadap Samuel.

Tiba lah hari kelulusan itu, mereka semua lulus dengan nilai yang cukup memuaskan tapi sampai hari pengumuman kelulusan itu pun Samuel tidak datang ke sekolah dan saat Imel menatap rumah Samuel, tak ada satupun yang terlihat di rumah Samuel dan ia makin terkejut setelah mendengar bahwa keluarga Samuel telah pindah rumah.

“Samuel, walaupun aku masih bingung dengan semua keadaan ini tapi aku yakin bahwa nanti aku akan tahu yang sebenarnya dan sampai saat itu tiba aku akan terus menggumu untuk menjawab pernyataan cintamu padaku. Sebenarnya aku juga menyayangimu, Sam. Kalung ini akan aku jaga karena aku yakin kalung ini akan bersama dan tak akan terpisahkan karena kita saling menyayangi.” Kata Imel dalam hati saat ia melihat sebuah bintang yang bersinar sangat terang malam itu.

Hari ini adalah pesta kelulusan dimana semua murid bersorak sorak merayakan kelulusan yang mereka dapatkan dan mungkin bisa dibilang inilah malam perpisahan mereka. Tapi ada 1 murid yang sangat ditunggu Imel, tapi sepertinya ia tak akan datang malam ini. Tapi ketika acara make a wish bersama dan Imel membuka mata, ia sangat terkejut karena harapan yang tadi ia ucapkan menjadi kenyataan. Samuel ada dihadapannya tapi ia tidak memakai kalung couple yang ia juga berikan kepada Imel. Itu menjadi pertanyaan besar, apakah Samuel hanya mempermainkannya saja?

“Samuel..” Imel mencoba menyakinkan seseorang yang ada didepannya itu.

“Bukan, nama saya YOEL CHRISTIAN.” Jawab seseorang yang berada dihadapannya itu.

Betapa terkejutnya Imel mendengarkan jawaban yang tidak ia harapkan itu tapi ini aneh karena ia sangat mirip dengan Samuel, Samuel yang terlihat begitu kaku, diam dan dingin.

“Oh maaf , saya salah orang. Tapi mengapa kamu mirip sekali dengan teman saya yang bernama Samuel?” Pertanyaan itu yang ingin sekali terlontar dalam hati Imel saat melihat orang yang sangat mirip dengan Samuel.

“Samuel? Kamu kenal dengan Samuel?” Tanya Yoel kepada Imel dan ini membuat Imel semakin bingung.

“Iya , saya kenal dengan Samuel dan apa kamu juga kenal dengan Samuel? Tolong beritahu saya ada apa dengan Samuel?” Pinta Imel dengan penuh harapan untuk mengetahui tentang Samuel yang sebenarnya.

“Apa jangan-jangan kamu yang bernama Imel?” Tanya Yoel lagi kepada Imel.

“Iya benar, saya yang bernama Imel. Tolong beritahu saya dimana Samuel berada sekarang?” Imel bertanya semakin gelisah , ia sangat ingin tahu dimana dan bagaimana keadaaan Samuel sekarang.

“Saya tidak dapat bercerita sekarang tapi jika kamu mau saya dapat menunjukkan dimana Samuel sekarang berada.” Jawab Yoel dengan muka agak sedih.

Imel pun merasa hatinya semakin tidak enak dan segera mungkin ingin menemui Samuel maka dengan cepat imel pun mengiyakan tawaran Yoel untuk bertemu dengan Samuel.

Tibalah Yoel dan Imel disebuah Rumah Sakit yang cukup besar di Jakarta, dengan penuh rasa tanya dalam hatinya maka ia pun tetap mengikuti langkah Yoel karena ia akan menunjukkan dimana Samuel. Tapi sesampainya Imel dan Yoel disebuah ruangan bernomor 1112, Imel melihat seorang wanita setengah baya sedang menangis tersedu-sedu.

Yuphzz, Imel mengenal wanita setengah baya itu, dia adalah ibu Elvi. Ibu Elvi adalah ibu dari Samuel, “Yoel, adikmu sudah sangat kritis. Hikz.. hikz..” kata ibu Elvi kepada Yoel.

“Adik? Samuel adiknya Yoel? Koq bisa?” Tanya Imel dalam hati dan masih banyak lagi pertanyaan dalam benak Imel karena ia tidak pernah sedikitpun tau tentang Samuel apalagi keluarganya.

Tiba-tiba keluarlah seorang perawat dari kamar yang dihuni Samuel untuk beberapa minggu belakangan ini karena kondisi kesehatannya yang sangat tidak stabil tapi ibu Elvi , Yoel dan Imel pun tidak menemui jawaban dari mulut sang perawat karena perawat ini tidak dapat memberi tahu keadaan Samuel yang sekarang. Dan 15 menit kemudian keluarlah dokter yang menangani perawatan Samuel selama ini tapi dokter ini pun tidak memberikan jawaban yang pasti tentang keadaan Samuel dan ini membuat ibu Elvi semakin gelisah dan terus menangis sampai akhirnya dokter itu pun berkata bahwa ibu Elvi dapat melihat langsung kondisi Samuel tapi hanya untuk sejenak saja dan dapat bergantian karena hanya satu orang saja yang dapat masuk ke ruangan tersebut.

Setelah ibu Elvi dan Yoel bergantian masuk ke ruangan yang didalamnya ada Samuel kini giliran Imel yang akan memasuki ruangan itu. Dengan hati yang sangat gelisah dan diliputi rasa takut, Imel pun memberanikan diri untuk memasuki ruangan itu dengan perlahan. Dilihatnya Samuel yang terbaring lemas tak berdaya, maka air mata Imel pun mengalir dengan sangat derasnya dan jatuh di pipinya yang putih dan sangat halus. Mulut Imel pun tak bisa berkata apa-apa saat melihat tubuh Samuel yang begitu kurus dan pucat dan sangat berbeda dengan yang Imel lihat saat terakhir ia datang untuk memberikan kepada Imel yang begitu sehat dan fresh seperti ia tak pernah menderita sakit apapun yang sangat parah.

5 menit Imel diruangan itu tanpa berkata apa-apa dan matanya malah tertuju kepada amplop putih yang ada diatas meja sebelah tempat tidur Samuel terbaring. Dengan perlahan Imel mengambil amplop itu dan melihat surat itu bertuliskan “Teruntuk Imelda”. Iya, surat itu untuk imel dan imel yakin betul bahwa itu adalah surat yang ditulis Samuel dan Samuel belum sempat memberikannya kepadanya. Imel pun membuka amplop itu dan mulai membaca surat yang ada didalam amplop itu.

Jakarta, 8 Agustus 2008

Teruntuk Imelda

Ketika kamu baca surat ini mungkin kamu sedang bingung apa yang terjadi saat ini dan aku pun ingin minta maaf karena udah buat hidup kamu kacau dengan kehadiranku didekatmu. Lewat surat ini aku ingin jelaskan semua yang sudah terjadi yang buat kamu bingung dengan aku, Yoel ataupun mamaku. Namaku yang sebenarnya adalah Samuel Winata, nama mamaku adalah Elviana Winata, Yoel Christian adalah saudara kembarku yang sekaligus koko ku. Aku tinggal bersama mamaku dan beberapa waktu lalu pindah rumah tepat disebelah rumahmu. Yoel tinggal dengan papa yang bernama Yohanes Christian di Sydney. Aku berasal dari keluarga broken home, papa dan mama cerai saat aku dan yoel berusia 8 tahun dan sejak saat itu kami pun tinggal secara terpisah. Selama 10 tahun ini aku menjalani kehidupanku dengan sangat baik dengan mama tapi entah mengapa 8 bulan yang lalu dokter memvonis ku menderita penyakit yang sangat mematikan. Sebelumnya aku tidak percaya dengan semua ini tapi setelah melalui beberapa pemeriksaan dibeberapa rumah sakit ternyata aku positif menderita kanker darah dan dokter-dokter itu mengatakan bahwa hidupku tidak akan lama lagi mungkin hanya sekitar 3 bulan. Aku sudah pasrah dengan keadaan itu dan aku memutuskan untuk tidak melalukan terapi yang disarankan dokter untuk memperpanjang umurku.

6 bulan yang lalu aku memutuskan untuk pindah sekolah ke sekolahmu karena mama kenal dengan pemilik yayasan maka aku dapat masuk ke sekolahmu walaupun saaat itu sedang semester akhir. Aku yang sebenarnya adalah aku yang periang tapi setelah aku tahu aku menderita penyakkit itu, aku pun berubah menjadi aku yang sangat menyebalkan. Cukup singkat waktu yang aku punya untuk bertahan didunia ini membuat aku untuk tidak bersikap ramah dengan siapun agar ketika aku tiada maka tak satupun orang yang akan menangis untukku tapi ketika aku melihatmu akulah yang sangat ingin menangis.

Maafkan atas semua sikap kasarku kepadamu, semua itu aku lakukan agar aku tidak jatuh cinta padamu tapi aku rasa semua itu sia-sia karena setelah aku mengenalmu aku menjalankan terapi yang pernah dokter sarankan dulu. Aku berusaha bertahan untuk membuatmu bahagia tapi 2 bulan lalu tubuhku merasa lemas dan tak dapat bergerak saat itu akupun sadar bahwa perjuanganku tak akan lama lagi. Aku meminta dokter membuatku ehat walaupun hanya dalam satu hari dan ketika itu terjadi aku sesegera mungkin membeli kalung itu untuk kita berdua dan aku memutuskan untuk datang dan memberikannya langsung kepadamu. Setelah aku melihat dirimu yang penuh senyuman kepadaku, aku merasa semakin bersalah telah mencintaimu karena aku tidak dapat memberikan sebuah kebahagiaan padamu. Setelah pulang dari rumahmu aku menulis surat ini dan aku pun ingin menunggu jawaban darimu atas pernyataan cintaku tapi Tuhan berkata lain, aku kalah dengan penyakitku, Mel. Aku tak sanggup bertahan lebih lama untuk selalu bersamamu. Aku tak sanggup datang kembali ke sisimu untuk hidup bersamamu, Mel. Aku gak pernah berfikir untuk mempermainkan perasaanmu, aku bener-bener sayang sama kamu dan jika aku diberikan waktu lebih lama lagi aku berjanji untuk selalu disampingmu dan selalu melihat senyumanmu yang selalu berikan aku semangad untuk hidup. Aku gak tau aku akan bertahan sampai kapan dengan raga yang sangat lemah ini yang hanya bisa terbaring lemas tanpa bisa membuka mata untuk melihatmu. Jangan pernah teteskan air matamu sedikitpun saat aku pergi untuk tinggalkan dunia ini selamanya karena aku tak pernah menyesal terlahir didunia ini karena aku sempat mengenalmu dan berikan senyummu yang manis itu untuk mengantar kepergianku karena sebenarnya hati ini selalu bersamamu. Tolong simpankan kalung punyaku karena suatu hari aku pasti akan kembali untuk bersamamu, Mel.

I always love you and my heart always for you, Mel.

With Love,

Samuel

Setelah selesai membaca surat dari Samuel, Imel pun tak dapat membendung air matanya karena surat ini adalah akhir kehidupan Samuel. Tepat tanggal 8 Desember 2009, 4 bulan sejak Samuel menulis surat itu maka dimakamkan pula jasad Samuel disebuah lubang dengan sebuah nisan salib bertuliskan namanya dan hari ini pun tepat Samuel berusia 18 tahun.

Semuanya berusaha melepas kepergian Samuel dengan tidak berlinang air mata sama seperti yang diminta oleh Samuel sebelum ia pergi tapi kepergian Samuel memberikan pelajaran yang sangat berharga kepada papa dan mamanya. Kini mama, papa dan yoel tinggal di Bali dalam satu rumah bersama dan tidak lupa ditemani foto-foto Samuel dan kenangan-kenangan indah bersama Samuel.

Setiap hari Imel selalu mengunjungi makam Samuel seperti ia masih hidup. Hari demi hari Imel lalui dengan kenangan-kenangan bersama Samuel tapi ia tidak pernah terlarut dalam kesedihan dan menjalani kehidupannya dengan normal.

“Sam, aku masih disini menantimu, kalung ini masih aku simpan dan aku menunggumu kembali untuk memakai kalung ini bersama. Aku tau walaupun ragamu sudah tiada tapi hatimu selalu bersamaku dan aku merasakan setiap detak jantungmu”, kata Imel didepan foto Samuel.

- THE END –

(Cerita ini adalah cerita fiksi dan jika terjadi kesamaan tokoh atau kejadian dalam cerpen ini, maka ini bukanlah suatu kesengajaan.)

Cerpen ini adalah cerpen pertama saya yang rampung total, moga semua orang dapat menikmati ceritanya. Dimohon kritik dan saran atas cerpen yang saya buat ini. Terima kasih kepada semuanya yang udah kasih support supaya cerita ini cepat selesai. ^^

Penulis : LINDA WIMELDA

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

0 Response to "Hatiku Selalu Bersamamu"

Posting Komentar